بسم الله الرحمن الرحيم وصلى الله وسلم على سيدنا محمد وآله دلائل الخيرات وشوارق الأنوار في الصلاة على النبي المختار -صلى الله عليه وآله وسلم- للإمام العارف بالله : سيدي محمد الجزولي قدس الله سره **** هذه نسخة نفيسة جدا بخط العارف الكبير سيدي ولي الله تعالى سيدي محمد بن القاسم القندوسي قدس الله روحه.
 

1. LATIFATUL QALBIY

Berhubungan dengan jantung jasmani, kira – kira dua jari di bawah susu kiri, dzikirnya sekurang – kurangnya 5000 dalam sehari semalam, ini wilayahnya Nabi Adam As, cahayanya kuning dan berasal dari tanah, angin dan api.
            Wilayah ini tempatnya sifat buruk pada manusia, yakni ; hawa nafsu, Syetan dan Dunia, jika seorang hamba lkhlas dzikirnya pada wilayah ini, maka hilanglah itu daripadanya dan paling tidak berkurang, jadi sifat yang buruk pada wilayah ini jika di dzikirkan terus menerus, maka dapatlah menjelma atau masuklah sifat yang baik dan berakhlak, yaitu ; Iman, Islam, Tauhid dan Ma’rifat.
            Uraian latifah ini adalah merupakan sentral daripada ruhaniah manusia, wilayah ini merupakan induk dari latifah – latifah lainnya, yaitu hati sanubari manusia itu sendiri. Madzmumahnya adalah hawa nafsu yang buruk itu mengikut kepada kehendak iblis dan syetan, cinta dunia, kafir dan syirik bertempatkan pada wilayah ini.
            Madzmudahnya ialah Iman, Islam, Tauhid dan Ma’rifat serta sifat – sifat malaikat, melalui dzikir pada latifatul qalbiy menjelmalah sifat madzmudah tadi kedalamnya, justru inilah di tuntut seorang hamba supaya rajin – rajin membersihkan wilayah ini dengan dzikrullah.
            Jika seorang hamba betul – betul ikhlas dan rajin berdzikir pada wilayah ini dan beristiqamah, maka insya Allah Swt terbukalah rahasia gaib alam jabarud dan alam malakud dengan izin dan kehendakNya, dia mendapatkan ilham dan karunia daripadaNya, dan itu ini di katakan sunah dan thariqat Nabi Adam As.
            Puncaknya adalah fana pada Af’al Allah Swt, munculnya mati tabi’i, mati yang di maksudkan di sini adalah matinya hawa nafsu dan hiduplah hati sanubari.
            Mati Tabi’i artinya perasaan lahiriah orang yang berdzikir menjadi hilang, fana pendengaran dan penglihatan lahiriahnya, sehingga tidak berfungsi lagi, yang berfungsi adalah pendengaran dan penglihatan bathinnya yang memancar dari lubuk hatinya, sehingga terdengar dan terlihat adalah lapzul jalalah, dalam keadaan demikian akal dan pikiran tidak berjalan lagi, tetapi hanyalah ilham dari Allah Swt yang merupakan nur illahi itulah yang terbit dari orang yang berdzikir, sehingga hatinya muhadharoh hadir bersama Allah Swt.
            Mati Tabi’i juga merupakan lompatan dari pintu fana yang pertama, oleh sebab di terimanya dzikir seorang hamba oleh Allah Swt, dan ini merupakan hasil dari mujahadahnya dan merupakan rahmat dan karunia dari Allah Swt, juga merupakan fanafillah di mana gerak dan diam tidak ada kecuali dari Allah Swt.
 

0 komentar:

Posting Komentar